TULUNGAGUNG, PACMANNEWS.COM – Evan Dimas Darmono menemukan panggilan baru dalam hidupnya. Dia telah meninggalkan sorak-sorai ribuan penonton, sorotan lampu stadion dan gegap gempita pertandingan.
Di sebuah lapangan terbuka yang dikelilingi sawah dan perbukitan di Desa Mojoarum, Kecamatan Gondang, Kabupaten Tulungagung, pemain yang pernah menjadi bintang lapangan tengah Timnas Indonesia kini menjalani hidupnya dengan melatih generasi muda dari akar rumput.
Evan kini memilih jalan hidup sebagai pelatih sederhana di Sekolah Sepak Bola (SSB) bagian dari Sanggar Saraswati Nuswantara. Di tempat ini, dia berbagi bukan hanya teknik bermain bola, tetapi juga nilai moral, etika dan disiplin.
“Hati saya terbuka, pikiran saya terbuka untuk melatih generasi muda. Ini pilihan hati,” ujar Evan Dimas di sela melatih anak-anak, Minggu (22/6/2025).
Dia mulai menekuni kegiatan ini sejak awal tahun 2025, bahkan saat masih tercatat sebagai pemain Persik Kediri. Latihan rutin digelar tiga kali seminggu, di tengah alam pedesaan yang tenang, jauh dari hingar bingar stadion.
"Saya sudah 6-7 bulan melatih. Menurut saya sanggar ini punya konsep luar biasa, yang membuka pikiran saya dan tidak saya dapat saat bermain bola," katanya.
Lapangan tempat Evan melatih bukanlah stadion berumput hijau dengan tribun besar. Namun di sinilah dia melihat harapan.
“Saya merasa wawasan saya justru berkembang di sanggar ini. Apa yang saya dapat di sini, tak saya temukan saat jadi pemain,” katanya.
Evan terlibat penuh dalam kegiatan sanggar, yang bukan hanya mendidik anak-anak untuk menjadi pesepak bola, tapi juga manusia yang bermoral dan punya rasa hormat.
Meski banyak pihak menganggap usianya masih pantas bersaing di liga profesional, Evan memilih menepi sejenak. Tawaran dari klub, termasuk dari Persik dia anggap sebagai hal yang belum waktunya.
“Sebagian orang bilang saya masih moncer. Tapi ini pilihan. Saya ingin berkontribusi lewat cara berbeda,” ucapnya.
Lebih dari Sekadar Sepak Bola
Di desa kecil ini, Evan menjadi lebih dari sekadar pelatih. Ia merupakan panutan. Anak-anak memanggilnya Kak Evan, mendengarkan setiap arahannya, menirukan setiap gerakan latihan dan menyerap semangat serta etika yang dia tanamkan.
“Sepak bola bukan sekadar menang atau kalah. Ini soal karakter,” katanya.
Bangun Fondasi dari Akar Rumput
Kontribusi Evan di lapangan sederhana ini membuktikan bahwa peran mantan pemain nasional tidak selalu harus berada di balik sorotan media. Justru, dengan membina akar rumput, dia membangun masa depan sepak bola Indonesia dari dasar yang kokoh.
Di lapangan yang hanya dibatasi sawah dan tiupan angin lembut, Evan Dimas kini mencetak ‘bintang-bintang kecil’ dengan semangat besar.
Dan di tempat sederhana inilah, mimpi-mimpi sepak bola Indonesia kembali ditanamkan. Bukan dengan glamor, tapi dengan dedikasi dan cinta yang tulus.