WASHINGTON DC, PACMANNEWS.COM - Militer Amerika Serikat telah menyerang sejumlah fasilitas nuklir Iran. Salah satunya adalah fasilitas nuklir Fordow.
Mantan jenderal AS mengungkapkan, intelijen AS kini akan fokus mengumpulkan data hasil serangan tersebut.
"Anda bisa memperkirakan bahwa setiap aset pengumpulan intelijen yang dimiliki Amerika Serikat, mulai dari satelit, intelijen komunikasi, hingga intelijen manusia, sekarang difokuskan setidaknya pada Fordow untuk memastikan mereka memiliki pemahaman yang akurat tentang seberapa besar kerusakan yang terjadi di situs itu," kata Brigjen (Purn) Mark Kimmit, seperti dilansir dari CNN, Minggu (22/6/2025).
Menurutnya, pengumpulan data itu akan menentukan apakah serangan lanjutan akan dilakukan atau tidak.
Kimmit mengaku terkesan dengan serangan ini. Menurut dia, tipu daya yang digunakan berhasil sehingga serangan berlangsung dengan sukses.
Sebelumnya diberitakan, Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan, militer AS telah menyerang tiga lokasi di Iran. Serangan diduga untuk melumpuhkan program nuklir Iran.
Dilansir dari AP, pejabat AS dan Israel menyatakan bahwa pembom siluman AS dengan bom penembus bunker seberat 13.500 kilogram menghancurkan situs-situs pertahanan tinggi yang terkoneksi dengan program nuklir Iran yang terkubur di bawah tanah.
“Kami telah menyelesaikan serangan kami yang sangat sukses terhadap tiga situs nuklir di Iran, termasuk Fordow, Natanz, dan Isfahan,” kata Trump dalam unggahan media sosial.
“Semua pesawat kini berada di luar wilayah udara Iran. Muatan penuh bom dijatuhkan di situs utama, Fordow. Semua pesawat kini dalam perjalanan pulang dengan selamat,” imbuhnya.
Trump mengakui, pembom siluman B-2 digunakan. Namun, dia tidak merinci jenis bom apa yang dijatuhkan.
Bom penembus bunker buatan AS yang dikenal dengan GBU-57 Massive Ordnance Penetrator, menggunakan bobot dan kekuatan kinetik untuk menembus target bawah tanah dan kemudian meledak. Bom ini hanya dapat dijatuhkan oleh pembom siluman B-2 milik AS.
Bom ini membawa hulu ledak konvensional dan diyakini mampu menembus sekitar 61 meter di bawah permukaan sebelum meledak.