Pemerintah Indonesia persiapkan evakuasi WNI di Iran

21 Jun 2025 | Penulis: jessicapost

Pemerintah Indonesia persiapkan evakuasi WNI di Iran

Pemerintah Indonesia mulai mempersiapkan evakuasi ratusan WNI di Iran, seiring status KBRI Teheran meningkat menjadi Siaga I imbas eskalasi konflik Iran dan Israel.

Saat ini ada 386 warga negara Indonesia (WNI) di Iran, mayoritas dari mereka adalah pelajar yang menempuh studi di Kota Qom.

Menteri Luar Negeri Indonesia, Sugiono, mengumumkan peningkatan status Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Teheran dari Siaga II menjadi Siaga I.

Keputusan ini diambil setelah mempertimbangkan eskalasi konflik antara Iran dan Israel, khususnya peningkatan intensitas serangan Israel dalam dua hari terakhir yang tidak hanya menargetkan fasilitas militer tetapi juga sipil.

Sugiono menyatakan seiring peningkatan level siaga ini pemerintah Indonesia akan menyiapkan langkah kontijensi terkait proses evakuasi.

"Kami juga sudah melakukan komunikasi dengan negara tetangga Iran, sehingga pada saat evakuasi nanti, warga negara kita diberikan kemudahan melewati perbatasan di tengah situasi yang tidak memungkinkan," ujar Sugiono, seperti dikutip dari Kompas.com, Kamis (19/06).

Sebanyak 580 WNI kini terjebak konflik Iran-Israel. Dari jumlah itu, sebanyak 386 WNI tersebar di 11 kota di Iran dan 194 lainnya di Israel.

BBC News Indonesia mengumpulkan kesaksian mereka menyusul eskalasi pertikaian kedua negara yang dimulai sejak Jumat (13/06).

'Minta doanya saja'

"Minta doanya saja," ujar Fatimah, WNI yang tinggal di Teheran dan meminta namanya disamarkan, Selasa (17/06).

Fatimah mengaku sedang terlelap saat serangan udara Israel pertama di Teheran pada Jumat (13/06).

"Saat itu jam 3 pagi. Hari Jumat itu adalah hari libur di Iran, jadi biasanya saya baru bangun agak siang," katanya.

Fatimah mengaku "ngeri bercampur khawatir" ketika serangan terjadi. Dia langsung berusaha menghubungi teman-teman dan kerabatnya untuk saling memberi kabar.

Namun, situasinya tidak mudah.

"Sinyal kadang ada, kadang tidak. Internet juga susah. Cukup stres [karena] lama menunggu jawaban, tapi sekarang, ya, sudah, pasrah saja," ujarnya.

Fatimah mengaku "sudah lama" tinggal di Teheran. Kata dia, saat ini kondisi di Teheran "mencekam" khususnya pada malam hari saat terdengar bunyi ledakan.

Meski tidak ada pengumuman resmi jam malam, Fatimah mengaku melihat pasukan keamanan menjaga beberapa lokasi.

Fatimah mengaku mendengar pernyataan Presiden AS Donald Trump dan pejabat Israel agar warga Teheran meninggalkan kota.

Meski pernyataan Trump kemudian diralat pejabat Gedung Putih, Fatimah mengakui intensitas serangan "bisa dibilang mengkhawatirkan".

"Namanya juga kondisi perang," ujar Fatimah.

Namun, Fatimah menerangkan tidak mudah mengungsi dari Teheran karena jalanan utama keluar kota macet parah.

Selain itu, adanya pembatasan jatah bensin membuat kendaraan yang terjebak macet berjam-jam seringkali kehabisan bahan bakar.

"Saya dengar ada yang mengungsi balik lagi karena macet dan kehabisan bensin," ujarnya.

Fatimah menekankan bahwa WNI di Iran dan rakyat Iran adalah orang tak berdosa yang tidak seharusnya menjadi korban perang berdasarkan tuduhan Israel.

"WNI di Iran tidak berdosa, tidak seharusnya menjadi korban kegilaan Netanyahu," ujarnya.

Terpisah, warga Indonesia lainnya di Teheran yang meminta anonimitas mengatakan ledakan terdengar hampir setiap malam sejak serangan udara dimulai.

Namun, dia mengatakan saat ini belum perlu ada evakuasi ke Indonesia.

"Mungkin untuk saat ini perlu keluar dari Teheran dulu untuk keselamatan keluarga, ke daerah utara Iran seperti Gilan atau Mazandaran yang lebih tenang," ujarnya ketika dihubungi.

"Kami dalam koordinasi dengan KBRI. Mereka membuat layanan baik."


Komentar