Jakarta - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) terus memantau ketegangan antara Iran dan Israel. Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kemenkeu Deni Surjantoro mengatakan sejumlah langkah mitigasi sudah disiapkan pemerintah untuk meredam dampak ketegangan Iran-Israel tersebut terhadap Indonesia.
Hal ini merespons konflik Israel-Iran yang belum mereda hingga hari ketujuh terjadinya perang. Serangan saling balas masih terjadi hingga Kamis pagi, 19 Juni 2025. Rudal-rudal Iran menyebabkan kerusakan serius di empat lokasi di Israel tengah dan selatan, termasuk di rumah sakit Soroka di Beerseva. Sementara itu, pasukan Israel dilaporkan telah menyerang reaktor nuklir air berat Arak milik Iran.
Deni memaparkan konflik ini berpotensi memengaruhi ekonomi global lewat lonjakan harga energi, gejolak pasar keuangan dan gangguan rantai pasok. Sebagai negara dengan sistem ekonomi terbuka, kata dia, dampaknya ke Indonesia sangat tergantung pada durasi dan skala eskalasi.
“Jika konflik berkepanjangan dan memicu kenaikan tajam harga minyak dunia, tekanan terhadap inflasi domestik, biaya subsidi energi, dan defisit fiskal akan meningkat,” kata Deni ketika dihubungi pada Kamis, 19 Juni 2025.
Menurut Deni, beberapa langkah mitigasi sudah disiapkan. Pertama, lewat koordinasi fiskal-moneter antara Kemenkeu dan Bank Indonesia untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan nilai tukar rupiah.
Koordinasi juga akan diperluas untuk dukungan sektor keuangan dengan OJK dan LPS dalam kerangka Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK). Pemerintah berupaya melakukan penguatan cadangan devisa dan stabilisasi mata uang domestik.
Langkah kedua lewat respons kebijakan fiskal. Pemerintah bakal menyusun stimulus fiskal terarah dan rekonstruksi belanja negara untuk menjaga daya beli dan mendorong sektor produktif.
Mitigasi selanjutnya adalah diversifikasi energi dan ketahanan pangan. Namun, menurut Deni, pemerintah tetap optimistis menghadapi kondisi ini. “Melihat pengalaman penanganan krisis sebelumnya, termasuk pandemi dan tensi dagang global,” uja Deni.
Dalam konferensi pers APBN bulanan Selasa lalu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memaparkan ketegangan Iran-Israel memiliki dampak yang cukup signifikan. Bendahara negara menyoroti risiko ketidakpastian harga minyak dan pelemahan ekonomi global.
Sri Mulyani mengatakan harga minyak dunia masih bergejolak meski saat ini masih di bawah asumsi makro APBN 2025 sebesar US$ 82 per barel. Sementara itu, lifting minyak dan gas juga masih di bawah target asumsi makro.
“Tiga variabel itu, harga minyak, lifting minyak dan lifting gas, selain dipengaruhi kondisi di dalam negeri kita, juga dipengaruhi oleh apa yang sekarang sedang berlangsung Timur Tengah, yaitu perang Israel dan Iran,” ucap Sri Mulyani.