Kehidupan di Teheran saat jet-jet Israel terbang di atas kepala

21 Jun 2025 | Penulis: jessicapost

Kehidupan di Teheran saat jet-jet Israel terbang di atas kepala

Rasa takut dan stres terdengar dengan jelas dari suara saudari saya yang tinggal di Teheran, Iran. Kami berkomunikasi melalui aplikasi WhatsApp yang terputus-putus dan masih berfungsi sesekali.

Saudari saya menginginkan kejelasan karena dia tahu saya adalah jurnalis BBC yang berbasis di London.

"Apa yang akan terjadi? Apa yang harus kami lakukan?" tanyanya.

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah mengatakan bahwa warga di Teheran harus mengungsi. "Apa dia serius?" ujarnya.

Sejak Kamis (12/06) malam, Teheran telah berulang kali dibombardir oleh pesawat-pesawat tempur Israel yang terbang melintasi langit ibu kota.

Pesawat-pesawat itu disambut tembakan antipesawat Iran, namun sebagian besar tidak efektif.

Dari jendela apartemennya—di lantai atas sebuah gedung tinggi—saudari saya bisa melihat dengan jelas apa yang terjadi, sesuatu yang sangat merisaukan pikirannya.

Militer Israel telah memerintahkan warga di distrik tempat tinggalnya—membentang beberapa kilometer ke segala arah—untuk mengungsi. Tapi dia memilih untuk tetap tinggal.

Dia mengatakan kepada saya, sejauh yang diketahui, tidak ada target militer di dekat apartemennya.

Meski begitu, saudari saya khawatir terhadap sebuah unit komersial di dekat tempat tinggalnya—yang menurutnya dimiliki Korps Garda Revolusi dan mungkin menjadi target.

Ia tidak tahu apa sebenarnya yang dilakukan perusahaan itu.

Banyak orang tidak tahu siapa tetangga mereka, atau apakah ada target militer di dekat mereka karena sebagian besar aktivitas Korps Garda Revolusi dilakukan secara rahasia dan dari lokasi yang tersembunyi.

Listrik dan air masih tersedia di banyak bagian ibu kota, namun pasokan makanan mulai menipis.

Banyak toko telah tutup, dan akan lebih banyak lagi toko yang menyusul. Bahkan toko roti pun telah tutup—sebagian karena kekurangan tepung, sebagian lainnya kemungkinan karena pemiliknya telah mengungsi.

Adik saya menolak meninggalkan kota, tidak seperti ratusan ribu—mungkin jutaan—orang yang sudah mengungsi. Kemungkinan karena dia tidak punya tempat tujuan.

Meski jalanan padat dan terjadi kelangkaan bahan bakar, banyak warga telah mengungsi dalam beberapa hari terakhir.


Komentar