Kabar mengejutkan datang dari pasar crypto global: Binance, salah satu bursa aset digital terbesar di dunia, telah resmi meluncurkan seluruh layanannya di Suriah hanya beberapa minggu setelah sanksi ekonomi besar dari Amerika Serikat dan Uni Eropa dicabut. Langkah ini terjadi di tengah permintaan tinggi akan solusi keuangan alternatif di negara yang baru saja keluar dari konflik berkepanjangan, di mana sistem perbankan konvensional masih lemah dan tidak dapat diandalkan.
Binance All-In di Suriah: Dari Trading Hingga Remitansi Diaspora
Mulai 12 Juni 2025, warga Suriah mendapat akses penuh ke berbagai produk Binance, dari spot trading lebih dari 300 crypto utama seperti Bitcoin BTC , Ethereum ETH , BNB, XRP, hingga fitur futures dan Peer-to-Peer (P2P) dengan dukungan Pound Suriah (SYP). Binance bahkan meluncurkan promosi bebas biaya transaksi P2P hingga pertengahan Juli untuk mendorong adopsi awal.
Selain trading, Binance menghadirkan program Earn yang memungkinkan pengguna menumbuhkan aset crypto mereka di tengah runtuhnya bank konvensional. Binance Pay juga menawarkan solusi remitansi murah dan cepat bagi lebih dari 13 juta diaspora Suriah di seluruh dunia, mengatasi masalah remitansi tradisional yang mahal dan lambat. Tak hanya itu, konten edukasi berbahasa Arab turut digencarkan demi mendorong literasi keuangan digital di tingkat lokal.
Penerapan verifikasi identitas yang ketat dan kepatuhan global menjadi bagian dari strategi Binance untuk memastikan layanan di Suriah berjalan sesuai standar anti-pencucian uang dan pencegahan kejahatan keuangan internasional.
Peluang Ekonomi Pasca-Sanksi: Blueprint Baru untuk Negara Pascakonflik?
Keputusan Binance meluncurkan layanan penuh tak lepas dari perubahan besar di Suriah—jatuhnya rezim Assad pada Desember 2024, terbentuknya pemerintahan transisi baru, dan pencabutan sanksi internasional oleh AS dan Uni Eropa. Momentum politik ini menciptakan “jendela legal” yang langka bagi perusahaan internasional, khususnya di sektor keuangan digital, untuk berpartisipasi dalam proses rekonstruksi ekonomi Suriah.
Tekanan inflasi berat dan akses perbankan yang terbatas membuat crypto menjadi solusi utama untuk transaksi lintas batas dan pengiriman uang. Banyak wilayah Suriah yang masih belum tersentuh layanan keuangan formal, membuat digital asset dan DeFi menjadi pilihan realistis untuk menyokong kebutuhan harian masyarakat dan mendorong pemulihan ekonomi.
Namun, keberhasilan cepat Binance juga memicu perdebatan: apakah dominasi satu perusahaan swasta dalam membangun fondasi ekonomi digital negara pascakonflik membawa manfaat jangka panjang, atau justru berpotensi menimbulkan risiko tata kelola keuangan yang tidak seimbang?
Kompetisi Semakin Ketat: Bitget & Bursa Lain Siap Bersaing
Binance bukan satu-satunya yang mengincar peluang di pasar Suriah. Bitget, bursa yang terkenal dengan inovasi fitur trading dan komunitasnya, juga meluncurkan layanan penuh di hari yang sama. Bitget menawarkan produk kompetitif seperti spot trading, futures, copy trading, dan program Earn, dengan komitmen mendukung kebutuhan keuangan nyata masyarakat Suriah yang masih menghadapi inflasi dan ketidakpastian.
Langkah Binance dan Bitget bisa jadi awal gelombang baru: platform lain seperti OKX, Bybit, hingga Coinbase mungkin akan masuk ke pasar-pasar yang dulunya dihindari karena kompleksitas hukum atau risiko reputasi. Negara-negara di Timur Tengah dan Afrika Utara dengan sanksi parsial, populasi diaspora besar, dan sistem perbankan lemah—seperti Lebanon, Irak, atau Yaman—bisa jadi mengikuti jejak Suriah dalam mengadopsi crypto secara lebih serius.