Wawancara Ketua Federasi Hoki Es Indonesia Ronald Situmeang

20 Jun 2025 | Penulis: sarah.journal

Wawancara Ketua Federasi Hoki Es Indonesia Ronald Situmeang

PACMANNEWS.COM, Jakarta - Ketua Umum Federasi Hoki Es Indonesia atau FHEI, Ronald Situmeang, berperan aktif sejak federasi itu dibentuk pada 20 Mei 2016. Pebisnis lulusan jurusan arsitektur di Universitas Trisakti itu menjabat sebagai ketua federasi sejak 2019, setelah ketua yang juga inisiator federasi Berdi Sabri meninggal.

Selama hampir enam tahun memimpin FHEI, Ronald menerapkan pendekatan strategis dan berorientasi hasil untuk federasi. Ia termasuk salah satu sosok kunci dalam pengembangan program pelatihan atlet muda, pelaksanaan kompetisi nasional yang berkelanjutan, serta peningkatan kualitas pelatih dan ofisial melalui pelatihan bersertifikasi.

 

Sejak 2019, hoki es Indonesia mulai dikenal di kawasan Asia Tenggara. Timnas Hoki Es Indonesia tampil di berbagai kejuaraan, termasuk multievent SEA Games dan Kejuaraan Hoki Es Asia Tenggara. 

Di level klub, Ronald juga dikenal sebagai pendiri dan pembina klub hoki es Indonesia WALI (Warriors of Archipelago League Indonesia). Klub ini telah mewakili Indonesia dalam berbagai turnamen di luar negeri, di antaranya di Thailand, Singapura, dan Malaysia. Selain itu, klub ini jugua menyumbang sejumlah pemain untuk tim nasional Indonesia.

Kepada wartawan Tempo, Bagus Pribadi, di Senayan City, Jakarta Pusat pada Selasa, 6 Mei 2025, Ronald meladeni wawancara selama satu jam 30 menit. Dia menuturkan visinya menjadikan Indonesia sebagai salah satu kekuatan baru dalam olahraga musim dingin di Asia Tenggara. Hal itu dimulai dari landasan yang kuat di hoki es. Ia percaya bahwa melalui kerja keras kolektif, pembinaan berkelanjutan, dan dukungan lintas sektor, hoki es Indonesia akan mampu bersaing di panggung internasional sekaligus menjadi sarana pembentukan generasi muda.

Apa yang melatar belakangi pembentukan FHEI pada 2016?

Kami mulai itu 2015 akhir sampai 2016. Inisiatornya juga sahabat saya, almarhum Berdi Sabri. Awalnya berangkat dari komunitas, kami bermain hoki mungkin bisa tiap minggu. Dari situ bertambah orang yang ikut bermain, sehingga latihannya juga mulai serius. Kami melihat dan mempelajari pertandingan di luar negeri seperti National Hockey League (NHL) di Amerika Serikat, terus antarnegara juga kami cari tahu karena kami ingin berpartisipasi. Kemudian Jonathan Sudarta yang sekarang menjabat sebagai Direktur Teknis Timnas Hoki Es Indonesia menginisiasi agar mengikuti kejuaraan multievent internasional. Waktu itu yang coba kami lirik adalah SEA Games, baru Thailand, Malaysia, dan Singapura yang punya ice rink. Ada juga ASEAN Winter Games. 

Supaya bisa bermain dan olahraga ini punya wadah resmi, maka dibuat federasi. Setelah itu, kami mendaftar sebagai anggota Komite Olimpiade Indonesia (KOI), karena pemerintah juga mengutamakan cabang olahraga yang berpeluang mendapatkan medali.

Saat bentuk federasi itu, apakah sudah mulai mengetahui ekosistem hoki es di Indonesia?

Kalau waktu itu, kami melihat memang pastinya ada potensi, walaupun kalau bisa dibilang sebenarnya Indonesia itu sangat dini sekali, karena ini olahraga musim dingin sedangkan negara ini tropis. Tapi sebenarnya hoki es ada peminatnya dan mulai tumbuh. Kami memulainya dari inline Skate, itu mirip hoki es, dan setelah ada ice rink mulai tumbuh dan di situ kami melihat sebenarnya tak sedikit orang Indonesia itu yang bisa main hoki es. 

Kami berkaca dengan negara-negara tetangga, seperti Singapura dan Malaysia, yang punya tim nasional, seperti apa pemain-pemainnya dan levelnya. Dari situ kami berpikir memang bisa Indonesia mengimbangi negara tetangga. 

Sebagai ketua umum, apa yang sudah Anda lakukan untuk FHEI?

Federasi kan punya program, jadi saya menjalankannya. Saya berupaya memajukan olahraga ini agar tidak stagnan dan bisa berkembang jadi lebih besar, bahkan misalnya bisa ikut kontestasi event internasional yang bisa mengharumkan nama bangsa Indonesia. Pastinya bagaimana elemen-elemennya ini seperti pemain, ofisial, pelatih, terus wasit, dan infrastruktur, masuk dalam program. 

Untuk timnas ada Direktur Teknik Jonathan Sudarta, sudah punya program yang sangat baik dari pembibitan, terlihat timnas dua tahun terakhir sudah mulai diisi oleh generasi-generasi muda. Federasi sudah banyak mengimplementasikan program seperti mendorong akademi-akademi juga. 

Apakah program itu berjalan lancar saja?

Memang kami punya keterbatasan di infrastruktur, tempat berlatih itu bisa dibilang di Jakarta sendiri mungkin cuma ada dua tempat yang proper.

Itu di mana saja, dan latihannya di mana?

Base camp-nya kami di dalam mall BXChange, Bintaro, Tangerang Selatan. Mereka punya lapangan ice rink, itu yang saat ini yang paling proper dan itu yang kami pakai untuk timnas berlatih. Sebelumnya kami sempat latihan di Mall Taman Anggrek cuma tempatnya lebih kecil. 

Berarti akademi juga berlatih di dua tempat itu?

Iya, saat ini empat akademi di BXChange dan sisanya di Mall Taman Anggrek.

Federasi memantau perkembangan akademi juga atau tidak?

Iya, dari Sky Rink Mall Taman Anggrek itu mungkin 10 tahun terakhir ini grafiknya luar biasa. Sekarang itu sudah ada ratusan pemain baru yang tergabung di akademi. 

Selain pembinaan atlet, apalagi peran federasi?

Program dukungan kepada pelatih dan wasit juga kami lakukan. Federasi mendukung dengan mendatangkan ahli pelatih dan wasit, itu sudah kami lakukan. Dari awal ikut turnamen Asian Winter Games 2017 di Jepang sebenarnya kami sudah pakai pelatih dari luar negeri, itu dari Malaysia. Setelah itu estafet pelatihnya dari Kanada, dan saat ini Rusia. Kanada, Amerika dan Rusia itu negara-negara asalnya hoki es. Jadi FHEI punya ambisi sebisa mungkin mendatangkan orang yang benar-benar ahli.

Program wasit seperti seminar dan andil dalam acara federasi internasional. Dalam satu tahun ada dua kali program pelatihan wasit. Kami juga promosikan untuk jadi wasit pertandingan internasional, ada sekitar 10 wasit.

Selain itu, infrastruktur juga pastinya bagian dari program kami, kemarin groundbreaking ice house di kawasan BSD itu benar-benar tonggak sejarah perkembangan. Ini harapan kami itu jadi fundamental yang benar-benar kuat, karena saat ini jujur memang kami belum punya ice rink standar Olimpik yang memang diakui oleh federasi internasional (International Ice Hockey Federation-IIHF). Ini rencananya selesai dibangun dan mulai dibuka Desember 2025. Jadi kami bisa latihan lebih serius lagi.

Apa kendala FHEI dengan ekosistem hoki es di Indonesia?

Kami memikirkan solusinya, untuk memasyarakatkan cabang olahraga ini dengan cara memulainya dari inline Skate karena ini lebih familiar di kalangan anak-anak gitu. Mereka pakai roll blade. Jadi kami mulai program untuk penetrasi itu ke sekolah-sekolah dengan tak terpaku di hoki es. Roll blade itu banyak dijual di mana-mana, jadi bisa berdiri dulu baru pakai stick. Jadi nanti kalau mereka sudah mulai tertarik dengan hokinya baru kami perkenalkan bahwa selain inline hockey itu sebenarnya ada yang lebih seru di atas es, yakni hoki es. 

Berarti memang masuknya harus pelan-pelan ya?

Mesti pelan-pelan karena olahraga ini step by step. Jadi bagaimana cara bermain hoki itu ya dengan belajar skating dulu. Jadi, kalau misalnya mungkin bagi mereka yang ada di area Jakarta sekitarnya, itu kan masih punya kesempatan lebih besar belajar ice skating, misalnya main di Taman Anggrek, awal-awal mereka harus belajar skating dulu kan. 

Lalu, seberapa besar signifikansi IIHF bagi FHEI sebagai anggotanya?

Perannya sangat besar, signifikan. Kami ikut turnamen dan lainnya itu IIHF yang mewadahi. Kami mengikuti kejuaraan dunia harus bisa memenuhi regulasi-regulasinya, dan mereka membantu memenuhi itu. Saat kami jadi anggota sejak tiga tahun lalu, mereka jadi punya perhatian khusus, apalagi buat negara-negara yang baru bergabung dan berkembang, yang itu sudah jadi program utamanya mereka. 

Apa saja bentuknya?

Biasanya macam-macam ya, bisa dalam bentuk program pelatihan, dukungan untuk perjalanan, travelling, terutama peralatannya. Beberapa tahun ini, karena hoki es ini banyak peralatannya untuk pemain dan goalie itu butuh alat pelindung penuh karena sesuai dengan karakter olahraganya. Jadi harus dengan perlengkapan khusus, yang harganya mahal. IIHF yang membantu untuk dua tahun terakhir, bahkan ratusan perlengkapan bermain untuk para pemain. Federasi internasional kirimnya komplet ke kami jadi bisa disumbangkan ke akademi untuk berlatih agar bibit-bibitnya juga terlihat.

Program bantuan tahunan atau seperti apa?

Bentuknya per tahun. Mereka punya total budget. Misalnya, bicara untuk Indonesia tahun ini, mereka sudah keluarkan dan itu dibagi-bagi dalam bentuk perjalanan untuk mengikuti event kejuaraan dunia, untuk pelatihan juga. Biasanya mereka punya budget sendiri untuk tiap negara.

Sebagai anggota IIHF, seberapa sering mereka memantau dan mengarahkan FHEI?

Iya, misalnya acara groundbreaking icehouse di BSD mereka datang, mereka bahas perihal bagaimana Indonesia ini sebagai negara yang punya minat untuk mengembangkan olahraga hoki, apa saja yang perlu disediakan, apa saja itu mereka kasih masukan lah, itu oke dengan kultur Indonesia yang seperti ini, ya mereka sampaikan. Mereka bilang tak perlu berbuat apa-apa lagi di Kanada, Amerika Serikat, atau Rusia, karena sudah terbentuk ekosistemnya. Makanya di Indonesia IIHF sangat mengapresiasi adanya ice rink yang proper.

Bangtuan dari pemerintah ke FHEI?

Pemerintah menunjukkan dukungannya ke olahraga hoki es ini, memikirkan bagaimana caranya olahraga ini bisa lebih berkembang. Cuma memang sejujurnya sih kalau bisa saya katakan memang karena kurang populer olahraga ini, jadi di mata pemerintah pun kami juga punya kendala. Jadi kami ini kan masih olahraga yang sangat baru buat pemerintah. Jadi pemerintah itu kan juga punya, pastinya kan dia punya prioritasnya. Untuk mendukung cabang olahraga baru itu dia pasti melihat peluang meraih prestasi. Es hoki cabang olahraga yang baru di sini dan prestasinya juga masih bertahap. Itu tantangan yang berat sebenarnya buat kami  untuk minta perhatian dari pemerintah, bahkan dukungan dari pemerintah.

Mengenai sponsor, bagaimana FHEI mendapatkannya?

Apa yang kami lakukan dari dulu sampai saat ini ya memang cari sponsor. Memang bagaimana kami bisa menjangkau ke swasta ini jadi tantangan tersendiri karena pasti kan swasta juga memikirkan timbal baliknya. Kami bersyukur dari dulu itu di komunitas memang ada individu-individu yang terlibat langsung di dalam komunitas hoki es ini dan mereka punya potensi sebagai pihak swasta sebenarnya. Jadi mereka pebisnis, mereka-mereka inilah yang mendukung olahraga ini dari dulu hingga sekarang ini olahraga ini bisa hidup dan berkembang. Kalau bisa saya akui peran swasta disini sangat besar untuk mendukung kami. 

Mereka itu punya ketertarikan secara personal terhadap hoki es atau karena menjalankan bisnis? 

Memang mereka punya ketertarikan khusus dalam olahraga ini. Bahkan ada beberapa figur yang memang terlibat langsung, bermain dan juga sebagai pengurus. Jadi memang FHEI itu bisa dibilang ya kami konsorsium. Lebih intens. Jadi mungkin itu adalah keunikan komunitas hoki es ini.

Apa saja kebutuhan FHEI yang harus dikeluarkan kalau dihitung per tahun?

Untuk pemain peralatan yang lengkap dan sewa tempat setiap latihan. Dulu awal sebelum ada federasi setiap kami bermain karena hobi atau saat di klub, itu perorang patungan sekitar Rp 300 ribu untuk bisa bermain satu setengah sampai dua jam. Sementara peralatannya itu untuk perlindungan dengkul, kaki, body protector, helmet, stick. Ya itu harganya juga lumayan ya. Jadi memang banyak item-itemnya yang harus dipenuhi untuk pemain. Kalau timnas kurang lebih secara prinsip sama. Saat ini memang federasi punya kewajiban untuk memfasilitasi karena diisi oleh atlet yang terpilih.

Proses seleksi pemainnya seperti apa?

Seleksi itu biasanya tiga bulan sebelum pemusatan latihan itu. Jadi siapa saja yang mau mendaftar itu sudah di-list up. Nanti tim pelatih akan melakukan seleksi. Selama tiga bulan itu mereka diwajibkan hadir pelatihan seleksi. Nanti setelah itu ditentukan yang lolos seleksi. Bisa 18 orang ya termasuk dengan penjaga gawang. Biasanya multievent internasional itu selain player ya nanti ada tim pelatih itu sama ofisial itu ya sekitar 10 orang. 

Hoki es ini ada pelatnas seperti cabang olahraga lain?

Iya ada Pelatnas. Untuk saat ini memang kami lakukan di BXChange Bintaro biasanya untuk multievent seperti SEA Games dan Asian Winter Games. Lama pelatnas dan terhitung seleksi sekitar lima bulan. Kemudian ada dua bulan lagi untuk memantau atlet, karena akan ada sistem diskualifikasi kalau ada pemain yang tak layak untuk ikut event.

Pertandingan uji coba juga diadakan sebelum ikut kompetisi?

Iya, tim kepelatihan selalu mengatur itu. Jadi setelah latihan di Pelatnas, dalam satu minggu mereka mungkin bisa dua sampai tiga kali bertanding dengan pemain yang kami pilih juga. Kami juga pernah ke Thailand, Filipina, sama Malaysia untuk ikut kejuaraan lokal tapi isinya itu pemain timnas.

Bagaimana FHEI memilih pelatih?

Pelatih sekarang ada tiga orang. Jadi pelatih utama Zhenya Nurislamov itu dari Rusia. Asisten pelatih itu juga ada dua sekarang, Artem Berzukov dari Rusia juga dan Brandon Hsiao mantan pemain hoki Taiwan. Mereka berdua yang dari Rusia dulu pemain profesional Kontinental Hockey League (KHL). Mereka pernah bermain di liga itu beberapa tahun. Kami coba pendekatan untuk mereka bisa melatih tim nasional dan mereka setuju. 

Soal venue, jika Icehouse BSD sudah jadi, bagaimana nanti pembagian tempatnya karena juga akan digunakan untuk umum?

Kalau Icehouse itu memang tujuannya untuk menaungi semua aktivitas olahraga es. Jadi ada juga figure skating dan speed skating. Tapi, karena venue ini lahir dari komunitas hoki es, itu kan akan jadi prioritas utama. Timnas juga tidak tiap hari, banyak waktu lengang, nah itu diisi sama cabang olahraga lain. Pastinya kami bisa mengatur waktunya nanti.

Kalau sudah jadi, apakah memungkinkan jadi tuan rumah di event tertentu?

Sangat memungkinkan, karena syarat utama jadi tuan rumah punya infrastruktur ice rink yang proper, yang diakui oleh IIHF. Mereka punya standar dari ukuran, dari fasilitas, punya ruang ganti berapa banyak. Terus infrastruktur esnya seperti apa, peralatannya seperti apa. Nanti kelembutan esnya seperti apa juga diatur. Mungkin saja kalau sudah jadi, IIHF akan kirim tim mengecek dan evaluasi, dan kalau sudah terpenuhi semuanya pasti mereka akan setuju jika kami ajukan menjadi tuan rumah. 

Ada target kapan bisa jadi tuan rumah? 

Kemarin kami sempat ngobrol-ngobrol sama Presiden IIHF, dan dia cukup serius untuk world champion, dua tahun lagi. Tapi kami sudah harus mengajukan itu di akhir Mei. Kami tanya kalau tempatnya baru jadi Desember tapi sudah harus mengajukan, katanya tak ada masalah karena federasi internasional butuh nyusun waktu saja. Mungkin nanti itu digodok lagi. Tapi sangat memungkinkan dia bilang begitu. Kalau misalnya kami bisa selesai di akhir tahun ini dan mengajukan di akhir Mei, next year tim mereka akan survei. 

Adakah syarat lain seperti harus ada liga?

Kalau liga itu syarat untuk kejuaran dunia. Tempat berlatih, minimal pemain, liga yang aktif dua tahun, itu yang kami laporkan. Tapi kalau tuan rumah lebih ke infrastruktur dan fasilitas yang sesuai.

Operasional liga di sini seperti apa?

Liga nasional itu memang kan sifatnya masih terbatas, karena kalau bicara kayak cabang olahraga lain komunitasnya lebih banyak. Bahkan mungkin kayak sepak bola itu kan sudah pasti setiap daerah punya pengurus daerah. Liga ini keterbatasannya masih di Jakarta sekitarnya saja. Sudah berjalan tiga musim. 

Ada berapa klub?

Saat ini ada lima klub yang ikut liga. Biasanya awal musim dimulai pada September, finalnya Maret. Semua skor kita secara statistik nanti kita catat di hydra yang bisa diakses oleh IIHF.

Dari tiga musim itu ada penambahan klub?

Bertambah, di musim pertama ada tiga klub, musim kedua empat klub, dan terakhir ada lima klub. Dengan regenerasi yang semakin baik kami harapkan akan bertambah klubnya.

Selain liga kan ada akademi dan jemput bola ke sekolah, sistemnya bagaimana?

Itu targetnya regenerasi. Jadi, dari akademi terus pengenalan ke sekolah-sekolah, bahkan pendekatan dari olahraga lain seperti sepatu roda, itu kami coba untuk lebih meningkatkan animo masyarakat untuk mau mengenal olahraga ini. Itu kami jalankan terus, melibatkan berbagai macam elemen, pihak, stakeholder, supaya ini bisa bergerak terus, jangan berhenti.

Perkembangan akademi signifikan tidak sejauh ini?

Akademi itu dulu itu mungkin bisa dibilang cuma ada dua, satu itu yang dinaungi oleh rink di BX Bintaro satu lagi ada klub swasta namanya Badax Akademi. Sekarang ini sudah ada lima atau enam akademi itu di sekitar Jabodetabek. Mereka masih aktif, dan harapannya ya nanti ini bakal mencetak regenerasi baru, karena yang bisa federasi lakukan adalah ya mendukung klub-klub ini untuk mereka buka akademi. Karena penetrasi ke sekolah-sekolah, program-program pengenalan itu biasanya nanti implementasinya kan di akademi.

Timnas akan ada event apa dalam waktu dekat?

Kami baru saja ikut World Champ itu di Armenia, tahun ini kali ketiga. Kemarin, dari catatan, kami berhasil mengalahkan Malaysia, karena sebelumnya kami dikalahkan dan hoki es mereka lebih dulu berkembang. Itu kami menang telak 7-4. Jadi World Champ itu ada namanya top division. Dia kalau tak salah dibagi lima. Top division, divisi 1, 2, 3, 4. Nah itu timnas Indonesia masuk di divisi 4. Nanti kalau ranking 1, 2 di divisi 4 ini akan naik ke divisi 3, dan seterusnya seperti itu.

Selanjutnya, paling dekat itu adalah yang sekarang, kita sedang pemusatan latihan untuk SEA Games di Thailand pada Desember. Jadi tiga SEA Games selanjutnya akan ada hoki es, karena di Thailand, Singapura, dan Malaysia. Tahun depannya lagi, world champ lagi.

Apa lagi yang akan dilakukan federasi?

Harapan yang dari pemerintah itu adalah kami bisa berpartisipasi di event multinasional ya, dengan target bisa dapat medali. Karena kalau saya boleh jujur, pemerintah dalam hal ini, mereka prioritas itu memang event-event multinasional kayak SEA Games, Asian Games, bahkan Olimpiade yang ada medalinya. Kalau kayak kejuaraan dunia  itu kan lebih ke ranking ya nanti. 

Kemudian kami berusaha bagaimana olahraga ini bisa tidak stagnan, karena saya hitung mungkin saya mulai bermain hoki di Indonesia dari tahun 1996. Berarti sudah 30 tahun. Ini tetap ada dan tetap hidup bahkan berkembang sampai saat ini. Gap kami dulu ya sama negara-negara ASEAN lain itu kayak Thailand, Filipina itu 15 tahun. Jadi mereka sudah memulai 15 tahun sebelum kita. Tapi sekarang Malaysia bahkan bisa dikalahkan. Jadi kami optimistis, ke depan olahraga hoki es ini jadi program jangka panjangnya jadi salah satu olahraga yang prestisius lah. 

Untuk penyebaran di daerah?

Jadi kayak pembangunan seperti pembangunan ice rink di BSD ya itu jadi motivasinya bahwa ke depan itu mungkin tak cuma di Jakarta. Mungkin di daerah-daerah lain bisa support untuk ada juga rink-rink seperti di BSD yang memiliki standar internasional. Kalau punya juga lima kota besar di Indonesia saya yakin hoki es tak kalah lah sama olahraga-olahraga lain. Program bagaimana federasi bisa lebih merata untuk daerah-daerah.

Profil

Nama: Ronald Sabo Situmeang

Profesi: Pebisnis

Jabatan: Ketua Umum Federasi Hoki Es Indonesia (2019-Sekarang)

Latar Belakang Pendidikan: Lulusan S1 Arsitektur Universitas Trisakti

Pendiri dan pembina klub WALI (Warriors of Archipelago League Indonesia)


Komentar