Profil Jean-Paul van Gastel, Pelatih Anyar PSIM Yogyakarta

20 Jun 2025 | Penulis: dimasheadline

Profil Jean-Paul van Gastel, Pelatih Anyar PSIM Yogyakarta

PACMANNEWS.COM, Jakarta - Perserikatan Sepak Bola Indonesia Mataram (PSIM) Yogyakarta resmi menunjuk pelatih kepala asal Belanda, Jean-Paul van Gastel, untuk mengarungi Liga 1 Indonesia musim 2025/2026.

Manajer PSIM Razzi Taruna mengatakan alasan memilih van Gastel karena rekam jejaknya yang mengesankan di sepak bola Eropa. “Dia sempat jadi asistennya Ronald Koeman, Fred Rutten, dan Giovanni van Bronckhorst di divisi 1 Belanda,” kata dia dikutip dari laman resmi klub, Selasa, 17 Juni 2025.


Razzi mengakui bahwa proses negosiasi untuk mendatangkan pelatih berusia 53 tahun itu berjalan alot karena level pengalamannya yang tinggi. Namun faktor penentu di balik kesepakatan ini adalah kepercayaan sang pelatih terhadap visi dan proyek jangka panjang yang ditawarkan oleh Laskar Mataram. “Beliau sangat percaya dengan proyek ini. Ini yang paling penting,” ujarnya.

Manajemen PSIM menargetkan stabilitas tim sebagai prioritas utama di Liga 1. “Untuk target, pastinya seperti yang selalu kita sampaikan, bahwa untuk musim pertama ini, PSIM mengincar stabilitas. Artinya, kita mau bertahan dengan nyaman, tidak mau setiap minggunya berada di zona degradasi,” kata dia.

Jean-Paul van Gastel merupakan sosok pelatih sepak bola asal Belanda yang dikenal memiliki pengalaman panjang baik sebagai pemain maupun pelatih. Dilansir dari Transfermarkt.com, pria yang lahir di Breda, Belanda, pada 28 April 1972, itu mengawali karier sepak bolanya sebagai gelandang bertahan. 

Selama menjadi pemain, ia sempat memperkuat beberapa klub ternama seperti Willem II, Feyenoord, dan klub-klub Italia seperti Ternana dan Como. Kariernya di level klub paling bersinar saat membela Feyenoord, yang mana ia turut membantu klub tersebut menjuarai Eredivisie musim 1998–1999 dan Johan Cruyff Shield musim 1999. Selain itu, ia juga mencatatkan lima penampilan dan mencetak dua gol bersama tim nasional Belanda antara tahun 1996 hingga 1999.

Setelah pensiun sebagai pemain, van Gastel beralih ke dunia kepelatihan dan segera menunjukkan kapasitasnya sebagai pelatih yang berorientasi pada pengembangan taktik dan pembinaan pemain muda. Ia memulai karier kepelatihan di tim U19 Willem II, sebelum kemudian bergabung dengan Feyenoord sebagai pelatih tim junior dan selanjutnya menjadi asisten pelatih tim utama. 

Selama hampir satu dekade di Feyenoord, ia bekerja sama dengan pelatih-pelatih ternama, seperti Ronald Koeman dan Giovanni van Bronckhorst. Bersama staf kepelatihan tersebut, ia turut membawa Feyenoord menjuarai Eredivisie (2016–2017), KNVB Cup (2015–2016 dan 2017–2018), serta Johan Cruyff Shield (2017 dan 2018).

Setelah di Feyenoord, van Gastel melanjutkan karier kepelatihannya ke level internasional. Ia menjadi asisten pelatih di klub Tiongkok, Guangzhou R&F (kemudian berubah nama menjadi Guangzhou City), sebelum akhirnya diangkat sebagai pelatih kepala klub tersebut pada 2021.

Di bawah arahannya, klub berhasil mencatatkan performa yang solid dan ia dipercaya memperpanjang kontrak hingga 2022. Meski tidak membawa gelar juara, kepemimpinannya dinilai mampu menjaga stabilitas tim di tengah kompetisi Liga Super Tiongkok yang ketat.

Pada 2023, Jean-Paul van Gastel kembali ke Belanda untuk melatih NAC Breda. Di musim perdananya, ia berhasil membawa klub tersebut promosi ke Eredivisie melalui jalur playoff, sebuah pencapaian yang diapresiasi luas oleh publik sepak bola Belanda. Kesuksesan ini menunjukkan kemampuannya dalam membangun tim dan memotivasi pemain di level divisi kedua sekaligus mengangkat performa klub secara signifikan.

Jean-Paul van Gastel dikenal dengan formasi andalannya, 4-3-3 defensif, yang menekankan keseimbangan antara lini pertahanan yang kokoh dan transisi cepat ke lini serang. Ia juga dikenal mengutamakan pemanfaatan data dan analisis dalam strategi kepelatihan, sesuai dengan standar kepelatihan modern. Sebagai pemegang lisensi UEFA Pro, ia memiliki kualifikasi tertinggi dalam dunia kepelatihan sepak bola Eropa.

 

 


Komentar