Rupiah menguat menjadi Rp16.471 per dolar Amerika Serikat pada hari ini, Kamis (19/06), meski sempat mencapai level Rp17.000 setelah Presiden Donald Trump mengumumkan tarif pada bulan April. Sebaliknya, mata uang Tanah Air ini keok terhadap ringgit Malaysia mencapai Rp3.900 per ringgit.
Adapun penguatan ini disebabkan para investor yang beralih dari dolar ke mata uang Asia akibat khawatir dengan dampak yang akan terjadi setelah tarif berlaku. Meski begitu, sentimen terhadap rupiah masih negatif karena khawatir terhadap kesehatan fiskal dalam negeri.
Melansir Bloomberg, Dolar Taiwan memimpin kenaikan di antara 16 mata uang utama, bahkan sempat mencapai rekor tertinggi dalam lebih dari tiga dekade secara intraday. Di sisi lain, yen Jepang menguat 0,9%, memimpin kenaikan di antara 10 mata uang utama.
Gubernur bank sentral Taiwan mengatakan bahwa komentar-komentar pasar telah memicu pembelian dolar Taiwan yang “berlebihan” oleh para eksportir dan investor asing.
“Saya akan berhati-hati untuk terlalu banyak bersandar pada apresiasi ini karena bank-bank sentral di Taiwan, Malaysia, dan terutama Hong Kong memiliki sarana yang signifikan untuk membeli dolar jika mereka perlu,” kata Kepala Tim Mata Uang Lord Abbett & Co Leah Traub.