Klub Baca yang Jadi Ruang Aman untuk Perempuan

20 Jun 2025 | Penulis: tiaraonline

Klub Baca yang Jadi Ruang Aman untuk Perempuan

PACMANNEWS.COM, Jakarta - Puluhan perempuan, dari remaja hingga paruh baya, duduk santai sambil membaca di lapangan rumput di Gedung Trisno Soemardjo, Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta, pada Ahad sore, 15 Juni 2025. Di antara mereka ada Hannah Al Rashid, aktor yang juga aktivis perempuan dari Kawanpuan.

Setelah hampir satu jam membaca, Hannah berdiri dan membuka sesi ngobrol di klub baca itu. Ia menunjukkan buku yang sedang ia baca, Batavia Kala Malam karya Margreet Van Till. Setelah itu ia memberi kesempatan peserta untuk bicara tentang buku dan perempuan. Ada yang memberikan umpan balik tentang klub baca ini, bertanya alasan Hannah menjadi aktivis perempuan, sampai membahas pernyataan Menteri Kebudayaan Fadli Zon bahwa perkosaan 1998 adalah rumor.


Hannah juga menyebutkan beberapa buku yang direkomendasikan untuk dibaca, seperti She Said, Luka-luka Linimasa, Laut Bercerita, dan Nyanyi Sunyi Seorang Bisu. "Paksakan minimal 10 menit sehari untuk membiasakan itu (membaca). Membaca hanyalah satu-satunya kesempatan yang kita punya untuk fokus," kata dia. 

Bicara Isu Kekerasan dan Perempuan 
Aktivitas membaca di ruang terbuka memang bukan hal baru di Jakarta. Banyak klub baca yang lebih dulu hadir dan rutin mengadakan acara di taman-taman, museum, atau ruang publik lainnya. Namun, klub baca yang diinisiasi Kawanpuan ini sedikit berbeda karena membawa isu perempuan. 

Hannah mengatakan bahwa ini merupakan aktivitas membaca bersama yang pertama kali diadakan Kawanpuan Reading Club. Acaranya menjadi bagian dari Jakarta Future Festival yang dihelat 13-15 Juni 2025. Namun, ia mengatakan aktivitas ini akan digelar rutin. Bukan hanya di Jakarta, tetapi juga di kota-kota lain di Indonesia. 


Reading club ini, kata dia, dibuat sebagai save space bagi teman-teman yang ingin datang untuk membaca dan berdiskusi, sambil diperkenalkan kegiatan-kegiatan Kawanpuan yang fokus terhadap kekerasan dan perempuan. 

"Salah satu kegiatan utama kami adalah menciptakan ruang aman untuk korban kekerasan dan perempuan," kata dia usai acara. "Ini save space untuk membaca, juga save space kalau mau bahas isu kekerasan seksual."

Hannah juga mengajak para perempuan untuk berani bicara jika mengalami kekerasan. Sebab, sering kali korban dimanipulasi sehingga merasa bersalah atau kasihan pada pelaku. 

Klub baca dijadikan fasilitas karena menurut Hannah, kota ini tak selalu ramah sebagai tempat membaca. Ia juga berharap kegiatan ini bisa membangun kebiasaan membaca, yang menurut dia penting sebagai proses belajar. "Kalau sekalian kita membahas isu kekerasan seksual, why not? Ternyata banyak teman yang datang juga sudah mengikuti gerakan solidaritas Kawanpuan dan banyak yang menyambungkannya dengan buku," katanya. 

 


Komentar