PACMANNEWS.COM, Jakarta - Kepala Bagian Hukum, Hubungan Masyarakat, dan Teknologi Informasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Tjandra Sulistiyono mengungkapkan identitas terduga pengirim ancaman bom terhadap pesawat Saudia Airlines. Menurut Tjandra, pengirim ancaman bom itu berinisial APM yang bekerja sebagai petugas administrasi asal India.
“APM pernah disandera selama 12 hari oleh pemberontak Maoist atau Tentara Gerilya Pembebasan Rakyat di Negara Bagian Chhattisgarh pada 2012,” kata Tjandra saat dihubungi via Whatsapp pada Jumat, 20 Juni 2025.
BNPT masih memverifikasi dan memvalidasi kembali soal identitas pengirim ancaman bom guna mengetahui motif dari ancaman tersebut. “Besar kemungkinan adanya motif tersebut karena ada beberapa kelompok mereka yang ditahan oleh Pemerintah India,” kata Tjandra.
Sebelumnya, Detasemen Khusus Antiteror atau Densus 88 Polri menyelidiki ancaman bom yang dikirim lewat surat elektronik kepada pesawat Saudia Airlines nomor penerbangan SV-5276 yang mengangkut jemaah haji. Hingga kini, penyidik belum menemukan benda mencurigakan di dalam pesawat. “Masih berproses, upaya penyelidikan dan koordinasi saja,” kata juru bicara Densus 88 AKBP Mayndra Eka Wardhana kepada Tempo saat dihubungi, Kamis, 19 Juni 2025.
Densus 88 tengah mendalami motif pelaku sekaligus menelusuri asal-usul pengirim ancaman. Mayndra mengatakan pihaknya membuka dua kemungkinan asal ancaman, baik dari dalam maupun luar negeri. “Dari email, kami akan melihat apakah ada ancaman potensi dari dalam negeri, apakah ada ancaman dari luar negeri,” ujarnya.
Penyidik menduga pengirim ancaman merupakan warga negara asing. Karena itu, Densus 88 turut berkoordinasi dengan otoritas Arab Saudi untuk mendalami lebih lanjut. “Pihak Saudi sendiri juga sedang melakukan pengembangan atas ancaman itu karena objek yang diancam, kan, asetnya Saudi. Hanya saja memang disasarkan ke Indonesia, ke Jakarta,” kata Mayndra.
Ancaman tersebut diterima melalui email pada Selasa pagi, 17 Juni 2025, sekitar pukul 07.30 WIB. Surat elektronik itu dikirim oleh orang tak dikenal dan ditujukan secara langsung kepada pesawat SV-5276 yang membawa rombongan haji asal Indonesia.
Dari hasil pemeriksaan awal, Densus belum menemukan bukti adanya bom atau benda mencurigakan di dalam pesawat. “Untuk saat ini belum ditemukan adanya temuan fisik atas ancaman tersebut,” kata Mayndra.
Polda Sumatera Utara mengungkap motif ancaman bom terhadap pesawat Saudia Airlines yang membawa jemaah haji asal Indonesia yang bertolak dari Jeddah menuju Jakarta. Pesawat itu mendarat darurat pada Selasa, 17 Juni 2025 pukul 10.50 WIB di Bandara Internasional Kualanamu.
Kapolda Sumatera Utara Inspektur Jenderal Whisnu Hermawan Februanto mengatakan pesan ancaman bom yang diterima pilot memuat muatan ideologis dan bernada teroristik. Disebutkan rencana peledakan menggunakan bom pipa dan IED yang dikaitkan dengan protes politik luar negeri.
“Pesan tersebut menyebut individu Ajmal Kasab dan Savukku Shankar, serta kelompok yang diduga terafiliasi secara transnasional,” kata Whisnu dalam konferensi pers di Bandara Kualanamu pada Selasa petang dikutip dari keterangan tertulisnya.
Menurut Whisnu, ancaman ini juga menyasar bandara Soekarno-Hatta sebagai titik ledak, dengan teknologi pemicu yang mencakup RFID dan EFP (Explosively Formed Projectile). Seluruh isi ancaman kini sedang dianalisis oleh tim.
Adapun, 442 jemaah haji asal Indonesia dalam maskapai pesawat Saudia Airlines itu telah dievakuasi oleh Kepolisian Daerah Sumatera Utara. Polisi memastikan tidak ada bom atau benda mencurigakan lain di pesawat. Namun, pendalaman masih terus dilakukan. Para penumpang, yang terdiri dari 207 pria dan 235 wanita, kini telah diberangkatkan kembali ke Jakarta.
Intan Setiawanty dan Oyuk Ivani Siagian berkontribusi dalam penulisan artikel ini